BAGAIMANA MELATIH MENTAL ANAK MILENIAL?
Hallo, para pembaca artikel setia Saya!
Pada artikel kali ini Saya akan memberitahukan kalian
terkait pengalaman Saya sebagai seorang retailer.
Saat ini Saya sedang menjalankan pendidikan tingkat 2 SMK di SMK Wikrama
Bogor. Tentunya telah Saya beritahu pada artikel sebelumnya, Saya tergabung
dalam jurusan Bisnis Daring & Pemasaran. Salah satu kompetensinya yaitu
bisnis ritel. Apa itu bisnis ritel? Yaitu kegiatan memperjualbelikan
produk/barang secara eceran. Lantas apa hubungannya dengan judul diatas terkait
mental? Jelas ada hubunganya, karena dengan adanya tuntutan setiap siswa untuk
berjualan secara eceran tidak hanya dilingkungan sekolah saja, bahkan di luar
seperti di kampung orang lain ataupun daerah yang sebelumnya belum kalian
jamah. Berjualan secara eceran pun membuat kita berlatih mental, kenapa? Sebab
tidak semua orang yang kita tawarkan produk ingin selalu membelinya. Setiap
masing-masing orang memberikan respon yang berbeda-beda, perlu diketahui bahwa
karakter setiap orang itu berbeda-beda. Jika kita telah menawarkan produk itu
lalu Ia menolaknya dengan kurang baik maka kita sebagai penjual jangan dilawan
sama seperti itu. Karena apa bedanya kita dengan Ia? Cobalah kalian berlapang
dada, sedikit merendah.
Ini nyata, pada minggu lusa kemarin tepat pada tanggal 14
Desember 2018 Saya melaksanakan pengiriman surat izin untuk men-supply produk ke perusahaan/sekolah. Pengiriman ini dilakukan secara bertim. Pada
saat itu Saya dan tim Saya pergi menuju ke sekolah yang berada di Bogor yaitu
SMP Kosgoro. Mengapa kesana? Karena sebelumnya salah satu dari Kami telah
menghubungi kesiswaan SMP Kosgoro itu. Dan salah satu dari Kami pun kebetulan
alumni dari sekolah SMP Kosgoro, jadi memudahkan Kami untuk kerjasama nantinya.
Sesampainya disana, Kami pun masuk kesebuah ruangan
tentunya dengan kepala kesiswaan SMP Kosgoro. Dimulainya perbincangan itu, Kami
pun menjelaskan tujuan Kami datang ke SMP Kosgoro itu. Telah Saya katakan
diawal bahwa Kami akan bekerja sama untuk men-supply produk. Kemudian beliau mengatakan bahwa untuk memasokan
barang disini harus menggunakan surat izin resmi dari sekolah. Karena Kami
tidak membawanya, alhasil besoknya Kami kembali lagi dengan menbawa surat izin.
Suratnya pun nanti akan langsung diberikan pada kepala sekolah. Yang meyakinkan
Kami yaitu dari kepala kesiswaanya sendiri, bahwa Kami tentu diizinkan untuk
memasok produk untuk kantin. Akhirnya Kami pun pulang dengan perasaan lega.
Nah, itu pengalaman Saya bersama tim Saya. Semoga artikel
ini dapat membantu kalian dari segi manapun. Tunggu diartikel selanjutnya!!!
EmoticonEmoticon